Kamis, 09 Mei 2019

Essai dengan Tema "Ibuku Seorang Wanita Karier"

Ditulis oleh : Santi Permatasari
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Salam persahabatan dari saya untuk kalian semua para “Readers” or “Viewers” yang sedang membaca tulisan ini. Tulisan ini merupakan konten pertama yang saya publish, so welcome to my blog, and I hope you enjoy the content. Essai yang saya publish ini ditulis ketika saya kelas X, waktu itu saya mengikuti acara memperingati Hari Kartini, salah satu lombanya adalah membuat essai. Alhamdulillah saya mendapat juara “Harapan 1” meskipun tidak masuk 3 besar, setidaknya usaha saya dalam membuat essai ini cukup membuahkan hasil. Sejak itulah saya mulai tertarik dengan yang namanya essai.
Perempuan Sebaiknya Berkarier di Rumah atau di Luar Rumah?
Karya : Santi Permatasari
Dewasa ini, wanita bekerja bukan merupakan hal baru dalam kehidupan. Adanya persamaan hak antara pria dan wanita menyebabkan kesempatan untuk bekerja semakin terbuka lebar bagi wanita. Banyak wanita yang sukses dalam memimpin sebuah perusahaan, bahkan negara. Banyak pula profesi yang lazimnya dikerjakan oleh seorang pria, malah bisa dikerjakan oleh seorang wanita.
Wanita dapat melakukan apa yang pria lakukan. Dapat dikatakan bahwa wanita multitalent. Tetapi, ada kalanya seorang pria tidak dapat melakukan apa yang wanita lakukan. Seperti menstruasi, mengandung, melahirkan, menyusui, dan wanita dapat mengerjakan banyak hal dalam satu waktu.
Wanita lebih ulet, dan lebih berprestasi daripada pria, dalam hal belajar ataupun bekerja. Dapat ditemukan di lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, atau lingkungan sekitar, bahwa kebanyakan yang ulet dan berprestasi dalam tugas-tugas yang diberikan ialah wanita. Bukan berarti pria tidak ulet dan tidak berprestasi, banyak juga pria yang ulet dan berprestasi tetapi, tidak sebanyak wanita. Tidak heran, bahwa wanita dapat mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Di sinilah kelebihan wanita yang jarang pria miliki. Kekuatan wanita yang satu ini pastinya sudah diakui dan tidak diragukan lagi oleh para pria.
Tidak ada salahnya jika seorang wanita ingin mengenyam pendidikan tinggi, dan mengembangkan skill yang dimiliki di dunia pekerjaan. Apalagi di zaman sekarang, wanita memang harus berpendidikan tinggi, mandiri, dan berkarier. Hal ini dikarenakan semakin maju, modern dan canggihnya teknologi, informasi, dan komunikasi.
Namun, menjadi seorang wanita karier tidaklah mudah, banyak hal yang harus dipertimbangkan seperti keluarga, pendidikan yang telah diperoleh, dan karier yang akan di jalani. Hal ini menyebabkan dilema seorang wanita. Seorang wanita harus memilih apakah fokus terhadap keluarganya, tetap mengembangkan kariernya, atau menekuni kedua-duanya.
Kebutuhan mengejar karier dan memberikan perhatian pada anak adalah dua hal yang kadang tidak bisa berjalan beriringan. Terkadang, anaklah yang sering menjadi korban dalam dilema ini. Jika seorang wanita lebih memilih untuk fokus pada kariernya, maka perhatian pada anaknya akan teralihkan. Meskipun pada hakikatnya, perhatian seorang ibu tidak akan berkurang. Realitanya, yang dirasakan anak akan berbeda. Anak akan merasa bahwa waktu yang diberikan ibu padanya berkurang. Hal ini dikarenakan sebagian besar waktu sang ibu akan dihabiskan untuk bekerja.
Anak akan mencari seseorang yang bisa diajak berbagi segala keluh kesahnya. Dalam hal inilah pergaulan dapat mempengaruhi kondisi psikis anak. Jika teman yang ditemukan dapat mengajak sang anak ke arah yang lebih positif, itu merupakan hal yang bagus. Masalahnya, jika teman yang ditemukan sang anak, justru malah mengajak ke arah yang negatif. Hal inilah yang dapat melahirkan anak-anak yang kurang disiplin, kurang sopan santun, dan lebih banyak melakukan penyimpangan sosial.
Anak menjadi kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Hal tersebut mengakibatkan anak akan melakukan sesuatu yang menyimpang, dengan tujuan agar ia bisa mendapat perhatian ibu dan bapaknya. Dengan kata lain, sang anak mencari-cari perhatian dengan cara apapun, meskipun cara tersebut salah. Pada akhirnya, apabila hal tersebut terus dibiarkan, anak akan menjadi egois, keras kepala, sulit diatur, dan membangkang.
Terkadang, anak akan meniru sisi buruk orang tua. Ketika orang tuanya, termasuk ibunya terlalu sibuk pada pekerjaannya, sehingga melupakan fitrahnya untuk menjaga, mengasuh, dan mendidik anak. Anak menjadi kurang peduli pada lingkungan sekitar, bahkan sesamanya. Anak juga kurang bersosialisasi, karena  kegiatan interaksi dalam keluarganya kurang. Padahal, keluarga merupakan salah satu media sosial primer dalam bersosialisasi.
Di satu sisi, seorang wanita karier mengkhawatirkan anak dan suaminya. Di sisi lain, ia juga menginginkan agar tetap berkarier. Pada kenyataannya, tidak semua anak suka dengan keadaan seperti ini. Akan selalu ada rasa tidak nyaman dalam diri sang anak ketika ibunya lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Seorang wanita pun tidak semuanya bisa memanage waktu. Dalam hal ini, yang paling disalahkan ketika anaknya sulit diatur, atau menyimpang ialah sang ibu. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan seorang wanita yang ingin terus berkarier tidak meninggalkan fitrahnya sebagai seorang ibu.
Tidak semua wanita karier itu sama, bisa saja ada seorang wanita karier yang pandai mengatur dan membagi waktunya sehingga perhatian untuk anak-anak dan suaminya tidak akan berkurang. Bagi ibunya seorang wanita karier atau ibu rumah tangga, sebagai seorang anak seharusnya tetap bersyukur karena bagaimanapun  juga, perhatian serta kasih sayang seorang ibu kepada anak atau keluarganya tidak akan hilang.
Jangan beranggapan bahwa semua wanita karier itu hanya akan mementingkan pekerjaanya saja. Pilihan sebagai wanita karier bukanlah suatu hal  yang dapat mengakibatkan terganggunya rumah tangga, tetapi cara dalam menyikapi pekerjaannyalah yang menentukan keberhasilan atau keharmonisan sebuah keluarga. Jika wanita itu tetap bisa membagi waktu dan memprioritaskan keluarga, maka pekerjaan tidak akan mengganggu rumah tangganya, tentu tak masalah jika mereka aktif berkarier. Waktu mereka masih bisa diluangkan untuk mengurus anak-suami. Untuk itu, haruslah seorang wanita berusaha menyalurkan kemampuannya untuk bekerja tanpa melupakan kodrat yang telah dibawa sebagai seorang ibu sekaligus istri.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesuksesan dan kemandirian anak sangat dipengaruhi oleh peran keluarga, khusunya peran seorang ibu. Seorang ibu harus adil, dan mampu menjaga, mendidik, dan membimbing anak-anaknya sehingga menjadi pribadi yang sehat dan berakhlak mulia. Diharapkan seorang wanita yang ingin terus berkarier tidak meninggalkan fitrahnya sebagai seorang ibu. Mereka diperbolehkan untuk bekerja, dan tetap mengutamakan keluarga.

Essai di atas merupakan hasil revisi, atau pengecekan ulang agar lebih baik lagi, sehingga bukan pure semuanya ditulis ketika saya kelas X, namun sebagian kecil ada pengubahan kalimat. Judul yang tertera dalam essai di atas merupakan recommended atau saran dari Blogger dan Penulis yang sudah lama berkecimpung di dunia tulis-menulis dan Blog yaitu Kak Ali Muakhir.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wesel Tagih dan Wesel Bayar (Notes Receivable and Notes Payable)

Apakah wesel itu??? Yuk lihat ilustrasi berikut: Pada saat jatuh tempo ketika debitur belum bisa membayar, debitur bisa saja mengirimkan pro...